BAB I
PENDAHULUAN
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, revolusi industri berarti sebuah perubahan
radikal dalam usaha mencapai produksi dengan menggunakan mesin-mesin, baik
untuk tenaga penggerak maupun untuk tenaga pemroses. Pemicu utama terjadinya
revolusi industri disebabkan manusia ingin mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi ketika memproduksi barang, seperti biaya yang mahal, waktu yang lama,
dan hal itulah yang mendorong manusia untuk menemukan cara yang membuat
produksi menjadi lebih efektif dan efisien. Perubahan ini tercatat sudah
terjadi tiga kali, dan saat ini kita sedang mengalami revolusi industri yang
keempat. Setiap perubahan besar ini selalu diikuti oleh perubahan besar dalam
bidang ekonomi, politik, bahkan militer dan budaya. Sudah pasti ada jutaan
pekerjaan lama menghilang, dan jutaan pekerjaan baru yang muncul.
Lebih
detilnya kita harus lihat di setiap revolusi industri, tapi kasarnya adalah,
beberapa hal yang semula begitu sulit, begitu lama, begitu mahal dalam proses
produksi mendadak jadi mudah, cepat, dan murah. Ingat, Ekonomi membicarakan
macam-macam upaya manusia menghadapi kelangkaan. Revolusi industri menurunkan,
malah terkadang menghilangkan beberapa kelangkaan tersebut, sehingga waktu,
tenaga, dan uang yang semula digunakan untuk mengatasi kelangkaan-kelangkaan
tersebut mendadak jadi bebas, jadi bisa digunakan untuk hal lain, untuk
mengatasi kelangkaan yang lain.
Hilangnya atau
berkurangnya sebuah kelangkaan otomatis mengubah banyak aspek dalam
kehidupan bermasyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Sejarah Singkat
Revolusi
Industri 1.0 berlangsung periode antara tahun 1750-1850 dan ditandai dengan
tenaga manusia digantikan oleh kehadiran mesin. Pada era ini ditemukan mesin
uap untuk menggantikan tenaga otot, air, dan angin yang digunakan untuk
menggerakkan apapun. Revolusi Industri 2.0 berlangsung pada akhir abad ke-19
sampai awal abad ke-20. Tenaga uap sudah mulai digantikan oleh tenaga listrik.
Pada era ini terjadi perkembangan pesat pada industrialisasi dan ilmu
pengetahuan, pembagian kerja, produksi massal. Revolusi Industri 3.0 berlangsung
pada akhir abad 20 dan ditandai dengan kemunculan internet dan teknologi
digital yang dikenal sebagai Revolusi Digital.
2.2.
Revolusi Industri 4.0
Pertama-tama,
mari kita bahas awal mula dari Revolusi Industri 4.0 terlebih dahulu. Mulai
dicetuskan pertama kali oleh sekelompok perwakilan ahli berbagai bidang asal
Jerman, pada tahun 2011 lalu di acara Hannover Trade Fair. Dipaparkan
bahwa industri saat ini telah memasuki inovasi baru, dimana proses produksi
mulai berubah pesat. Pemerintah Jerman menganggap serius gagasan ini dan tidak
lama menjadikan gagasan ini sebuah gagasan resmi. Setelah resminya gagasan ini,
pemerintah Jerman bahkan membentuk kelompok khusus untuk membahas mengenai penerapan
Industri4.0. Pada 2015, Angella Markel mengenalkan gagasan Revolusi Industri
4.0 di acara World Economic Forum (WEF). Jerman sendiri
menggelintirkan modal sebesar €200 juta untuk menyokong akademisi, pemerintah,
dan pebisnis untuk melakukan penelitian lintas akademis mengenai Revolusi
Industri 4.0. Tidak hanya Jerman yang melakukan penelitian serius mengenai
Revolusi Industri 4.0, namun Amerika Serikat juga menggerakkan Smart
Manufacturing Leadership Coalition (SMLC), sebuah organisasi nirlaba yang
terdiri dari produsen, pemasok, perusahaan teknologi, lembaga pemerintah,
universitas dan laboratorium yang memiliki tujuan untuk memajukan cara berpikir
di balik Revolusi Industri 4.0.
Saat
ini kita berada di zaman dimana Revolusi Industri 4.0 baru saja dimulai. Lalu
seperti apa sebenarnya Revolusi Industri 4.0? Revolusi Industri 4.0 menerapkan
konsep automatisasi yang dilakukan oleh mesin tanpa memerlukan tenaga manusia
dalam pengaplikasiannya. Dimana hal tersebut merupakan hal vital yang
dibutuhkan oleh para pelaku industri demi efisiensi waktu, tenaga kerja, dan
biaya. Penerapan Revolusi Industri 4.0 di pabrik-pabrik saat ini juga dikenal
dengan istilah Smart Factory. Tidak hanya itu, saat ini pengambilan
ataupun pertukaran data juga dapat dilakukan on time saat dibutuhkan,
melalui jaringan internet. Sehingga proses produksi dan pembukuan yang berjalan
di pabrik dapat termotorisasi oleh pihak yang berkepentingan kapan saja dan
dimana saja selama terhubung dengan internet.
Bila
kita melihat kembali Revolusi Industri 3.0 dimana merupakan titik awal dari
era digital revolution, yang memadukan inovasi di bidang Elektronik dan
Teknologi Informasi. Ada perdebatan apakah Revolusi Industri 4.0 cocok disebut
sebagai sebuah revolusi industri atau hanya sebuah perluasan atau pengembangan
dari Revolusi Industri 3.0. Namun nyatanya, perkembangan Revolusi Industri 3.0
ke Revolusi Industri 4.0 sangat signifikan, hal baru yang sebelumnya
tidak pernah ada di era Revolusi Industri 3.0 mulai ditemukan. Para ahli
meyakini era ini merupakan era dari Revolusi Industri 4.0, dikarenakan terdapat
banyak inovasi baru di Industri 4.0.
Pertama,
kemajuan yang paling terasa adalah internet. Semua komputer tersambung ke
sebuah jaringan bersama. Komputer juga semakin kecil sehingga bisa menjadi
sebesar kepalan tangan kita, makanya kita jadi punya smartphone. Bukan cuma
kita tersambung ke jaringan raksasa, kita jadinya selalu tersambung ke jaringan
raksasa tersebut. Inilah bagian pertama dari revolusi industri keempat:
“Internet of Things” saat komputer-komputer yang ada di pabrik itu tersambung
ke internet, saat setiap masalah yang ada di lini produksi bisa langsung
diketahui saat itu juga oleh pemilik pabrik, di manapun si pemilik berada!
Kedua,
kemajuan teknologi juga menciptakan 1001 sensor baru, dan 1001 cara untuk
memanfaatkan informasi yang didapat dari sensor-sensor tersebut yang merekam
segalanya selama 24 jam sehari. Informasi ini bahkan menyangkut kinerja
pegawai manusianya. Misalnya, kini perusahaan bisa melacak gerakan semua dan
setiap pegawainya selama berada di dalam pabrik. Dari gerakan tersebut, bisa
terlihat, misalnya, kalau pegawai-pegawai tersebut menghabiskan waktu terlalu
banyak di satu bagian, sehingga bagian tersebut perlu diperbaiki. Masih ada
1001 informasi lainnya yang bisa didapat dari 1001 data yang berbeda, sehingga
masih ada 1001-1001 cara meningkatkan produktivitas pabrik yang semula tak
terpikirkan. Karena begitu banyaknya ragam maupun jumlah data baru ini, aspek
ini sering disebut Big Data.
Ketiga,
berhubungan dengan yang pertama dan kedua, adalah Cloud Computing.
Perhitungan-perhitungan rumit tetap memerlukan komputer canggih yang besar,
tapi karena sudah terhubung dengan internet, karena ada banyak data yang bisa
dikirim melalui internet, semua perhitungan tersebut bisa dilakukan di tempat
lain, bukannya di pabrik. Jadi, sebuah perusahaan yang punya 5 pabrik di 5
negara berbeda tinggal membeli sebuah superkomputer untuk mengolah data yang
diperlukan secara bersamaan untuk kelima pabriknya. Tidak perlu lagi membeli 5
superkomputer untuk melakukannya secara terpisah.
Keempat,
ini yang sebetulnya paling besar: Machine learning, yaitu mesin yang
memiliki kemampuan untuk belajar, yang bisa sadar bahwa dirinya melakukan
kesalahan sehingga melakukan koreksi yang tepat untuk memperbaiki hasil
berikutnya. Ini bisa dilukiskan dengan cerita “AlphaZero AI”.
Sebelum Machine Learning, sebuah komputer melakukan tugasnya dengan
“Diperintahkan” atau “Diinstruksikan” oleh manusia. Untuk lebih detilnya, lo
bisa baca artikel
mengenai Artificial Intelligence.
Mengkombinasikan
keempat hal ini artinya perhitungan yang rumit, luar biasa, dan tidak
terpikirkan tentang hal apapun bisa dilakukan oleh superkomputer dengan
kemampuan di luar batas kemampuan manusia. Kenyataannya tentu saja saat ini
belum sekeren itu. Point keempat, yaitu AI dan Machine Learning,
masih amat terbatas untuk tugas-tugas tertentu. Bukan cuma Indonesia,
negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat saja masih terus
menerus memperdebatkan konsekuensi dari revolusi industri keempat ini, sebab
revolusi ini MASIH berlangsung, atau bahkan BARU DIMULAI. Tantangannya masih
banyak. Koneksi internet misalnya, belum universal. Masih ada beberapa daerah yang
tak memiliki koneksi internet, bahkan di Amerika Serikat sekalipun. Selain itu,
koneksi internet berarti munculnya celah keamanan baru. Perusahaan saingan
pasti berusaha mengintip kinerja dan rancangan produksi lewat celah keamanan
komputer pengendali produksi yang kini bisa diakses dari internet.
2.3.
Efek dari Revolusi Industri 4.0
1. Globalisasi
Perkembangan
teknologi, baik di dalam maupun di luar pabrik, telah berdampak pada
globalisasi industri manufaktur – proses di mana bisnis dan organisasi lain mengembangkan
pengaruh internasional atau mulai beroperasi secara internasional.
Sejak revolusi
industri pertama, industrialisasi telah berdampak pada bisnis internasional.
Secara khusus, kemajuan dalam transportasi dan telekomunikasi memiliki dampak
yang sangat besar.
Dengan
meningkatnya perdagangan dan komunikasi, semakin banyak perusahaan memperluas
jangkauan mereka di darat dan laut.
Bahkan, rantai
suplai manufaktur modern berpusat di sekitar globalisasi. Setiap hari,
barang-barang dipindahkan ke seluruh dunia pada jalur pelayaran, ekspedisi
kargo dan melalui udara.
Kegiatan bisnis,
termasuk outsourcing logistik, manajemen fasilitas, layanan profesional dan
pemeliharaan, semua bisa menjadi proses internasional.
2. Mengaburkan
Batasan
Di awal Industri
4.0, perusahaan menggunakan rantai pasokan dan jaringan data yang lebih
kompleks di seluruh dunia dalam operasi mereka. Konektivitas fisik sedang
diganti dengan peningkatan jumlah tautan digital – banyak yang disimpan di
cloud.
Kolaborasi
internasional yang lebih besar lebih dimungkinkan daripada sebelumnya.
Menggunakan perangkat lunak berbasis cloud, setiap anggota staf di lokasi
geografis dapat berkontribusi untuk desain.
Fungsi ini semakin
banyak ditawarkan dalam perangkat lunak CAD (Computer Aided Design), membuat
desain proses yang lebih kolaboratif. Namun, globalisasi tidak hanya
memperbaiki proses desain.
Bisnis bisa
mendapatkan hasil maksimal dari talent pool mereka atau jaringan pemasok
internasional menggunakan konektivitas digital, karena keahlian dapat
ditawarkan dari jarak jauh dan secara real-time.
Di banyak
perusahaan internasional, pemasok atau anggota staf bekerja dalam kelompok
kecil untuk meningkatkan aliran ide, yang dapat menyebar lebih luas dengan
menggunakan cloud.
Penyimpanan dan
transfer data murah akan meningkatkan desentralisasi dan fleksibilitas untuk
bisnis.
Beroperasi dengan
cara ini dapat berarti perusahaan internasional masa depan tidak membutuhkan
kehadiran fisik yang signifikan di seluruh dunia, tetapi dapat beroperasi hanya
dari beberapa kelompok.
3. Kompetisi
internasional
Peningkatan
konektivitas berarti perusahaan kini harus kompetitif dalam skala global dan
tidak dapat mengandalkan lokasi fisik mereka untuk memenangkan bisnis. Ini
berarti bahwa perusahaan harus fokus pada memenuhi tuntutan konsumen yang
selalu berubah.
Menjaga produksi
dan produksi yang fleksibel dan menggabungkan teknologi otomatis dapat
mengurangi waktu produksi dan memungkinkan perusahaan untuk merespon lebih
cepat, meningkatkan keunggulan kompetitif.
Logistik telah
datang jauh sejak penerbangan pertama di seluruh saluran. Industri 4.0 telah
merevolusi operasi bisnis baik di dalam maupun di luar pabrik, meningkatkan
hubungan antara bisnis internasional dan mendorong proses globalisasi ke depan.
4. Automatisasi
Tenaga kerja
manusia akan tergantikan dengan adanya mesin dan robot yangdibekali kemampuan
untuk memproses data berupa Artificial Intelligence. Masalah-masalah utama yang
mungkin muncul akibat adanya revolusi industri 4.0 yaitu pengangguran dan
kerusakan alam akibat exploitasi industri.
2.4.
Kendala Indonesia dalam
Menghadapi Revolusi Industri 4.0
Di
Indonesia sendiri ada beberapa hambatan yang mengakibatkan Revolusi Industri
4.0 ini sulit untuk diterapkan. Diantara masalah yang harus dihadapi Indonesia
ialah sebagai berikut:
1. Sumber
Daya Manusia (SDM).
Meskipun Indonesia
memiliki SDM yang sangat banyak, namun begitu jumlah orang-orang yang memiliki
kualitas yang bagus masih sedikit. Sehingga meski terdapat lowongan perkerjaan,
masih banyak masyarakat yang tidak dapat mendapat pekerjaan dikarenakan
rendahnya kualitas mereka.
Selain dari
kualitas SDM yang masih belum memupuni, masih banyak masyarakat di Indonesia
yang kurang ahli dalam menggunakan teknologi. Sedangkan di Revolusi Industri
4.0 ini pekerjaan akan banyak digantikan oleh tenaga robot. Berdasarkan
perkataan dari Prof Ir Dwikorita Karnawati Msc PHD, dalam waktu 5 tahun ke
depan 35% pekerjaan yang diajarkan di perguruan tinggi akan hilang dan bahkan
dalam 10 tahun ke depan pekerjaan yang akan hilang mencapai 75% dari yang
diajarkan di perguruan tinggi.
2. Bencana
Alam
Bencana alam pun
merupakan suatu masalah yang menyebabkan Revolusi Industri 4.0 masih sulit
diterapkan di Indonesia. Adanya bancana alam mengakibatkan perkembangan di
suatu daerah menjadi terhambat. Karena bencana-bencana alam merusak peralatan
dan juga lingkungan yang ada. Sehingga pengembangan-pengenbangan teknologi
harus terhenti karena harus membereskan bencana alam yang terjadi di sekitar
sana.
3. Kebijakan
Pemerintah
salah satu yang
mengakibatkan Revolusi Industri 4.0 ini menjadi sulit untuk diterapkan adalah
karena kebijakan yang dibuat oleh pemerintah itu sendiri. Berdasarkan pendapat
Airlangga Hartarto yang dikutip dari CNBCINDONESIA,
masih ada peraturan dan kebijakan yang tumpang tindih, ditangani oleh beberapa
kementrian.
Apa
saja yang perlu dilakukan bangsa ini untuk menyikapi Revolusi Industri 4.0?
Menyikapi Revolusi Industri 4.0 di Indonesia menurut Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan Industri (BPPI), terdapat beberapa bidang yang harus
dipersiapkan untuk menyongsong industri 4.0, diantaranya peningkatan
otomatisasi, komunikasi machine-to-machine,
komunikasi human-to-machine, AI, serta pengembangan teknologi
berkelanjutan. Untuk melakukan implementasi, terdapat empat dasar faktor penggerak,
yakni peningkatan volume data, daya komputasi, dan konektivitas.
Revolusi
Industri 4.0 yang terjadi di Indonesia dapat membawa Indonesia menjadi negara
yang lebih berkembang dan bersaing dengan negara lain. Di sisi lain, kemajuan
industri ini tidak diiringi dengan tenaga kerja yang memiliki kemampuan dan
keterampilan untuk menerapkan teknologi yang semakin maju dan terus berubah.
Perusahaan dituntut untuk terus menerus berinovasi untuk tetap dapat bertahan
ditengah zaman revolusi industri yang secara mendasar terus berubah mengikuti
pola hidup manusia. Tenaga kerja Indonesia juga perlu semakin diperlengkapi
untuk memiliki skill operasional mesin dan pengetahuan dasar. Jika tidak,
pengangguran di Indonesia akan semakin bertambah serta terdapat kemungkinan
akan lebih banyak tenaga kerja asing yang dipakai oleh perusahaan atau
seluruhnya dapat benar-benar dipegang oleh automisasi mesin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar