Minggu, 05 Januari 2020

TULISAN3 EKONOMI KOPERASI


BAB I
PENDAHULUAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, revolusi industri berarti sebuah perubahan radikal dalam usaha mencapai produksi dengan menggunakan mesin-mesin, baik untuk tenaga penggerak maupun untuk tenaga pemroses. Pemicu utama terjadinya revolusi industri disebabkan manusia ingin mengatasi masalah-masalah yang dihadapi ketika memproduksi barang, seperti biaya yang mahal, waktu yang lama, dan hal itulah yang mendorong manusia untuk menemukan cara yang membuat produksi menjadi lebih efektif dan efisien. Perubahan ini tercatat sudah terjadi tiga kali, dan saat ini kita sedang mengalami revolusi industri yang keempat. Setiap perubahan besar ini selalu diikuti oleh perubahan besar dalam bidang ekonomi, politik, bahkan militer dan budaya. Sudah pasti ada jutaan pekerjaan lama menghilang, dan jutaan pekerjaan baru yang muncul.
Lebih detilnya kita harus lihat di setiap revolusi industri, tapi kasarnya adalah, beberapa hal yang semula begitu sulit, begitu lama, begitu mahal dalam proses produksi mendadak jadi mudah, cepat, dan murah. Ingat, Ekonomi membicarakan macam-macam upaya manusia menghadapi kelangkaan. Revolusi industri menurunkan, malah terkadang menghilangkan beberapa kelangkaan tersebut, sehingga waktu, tenaga, dan uang yang semula digunakan untuk mengatasi kelangkaan-kelangkaan tersebut mendadak jadi bebas, jadi bisa digunakan untuk hal lain, untuk mengatasi kelangkaan yang lain.
Hilangnya atau berkurangnya sebuah kelangkaan otomatis mengubah banyak aspek dalam kehidupan bermasyarakat.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1.                        Sejarah Singkat

Revolusi Industri 1.0 berlangsung periode antara tahun 1750-1850 dan ditandai dengan tenaga manusia digantikan oleh kehadiran mesin. Pada era ini ditemukan mesin uap untuk menggantikan tenaga otot, air, dan angin yang digunakan untuk menggerakkan apapun. Revolusi Industri 2.0 berlangsung pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Tenaga uap sudah mulai digantikan oleh tenaga listrik. Pada era ini terjadi perkembangan pesat pada industrialisasi dan ilmu pengetahuan, pembagian kerja, produksi massal. Revolusi Industri 3.0 berlangsung pada akhir abad 20 dan ditandai dengan kemunculan internet dan teknologi digital yang dikenal sebagai Revolusi Digital.

2.2.   Revolusi Industri 4.0

Pertama-tama, mari kita bahas awal mula dari Revolusi Industri 4.0 terlebih dahulu. Mulai dicetuskan pertama kali oleh sekelompok perwakilan ahli berbagai bidang asal Jerman, pada tahun 2011 lalu di acara Hannover Trade Fair. Dipaparkan bahwa industri saat ini telah memasuki inovasi baru, dimana proses produksi mulai berubah pesat. Pemerintah Jerman menganggap serius gagasan ini dan tidak lama menjadikan gagasan ini sebuah gagasan resmi. Setelah resminya gagasan ini, pemerintah Jerman bahkan membentuk kelompok khusus untuk membahas mengenai penerapan Industri4.0. Pada 2015, Angella Markel mengenalkan gagasan Revolusi Industri 4.0 di acara World Economic Forum (WEF). Jerman sendiri menggelintirkan modal sebesar €200 juta untuk menyokong akademisi, pemerintah, dan pebisnis untuk melakukan penelitian lintas akademis mengenai Revolusi Industri 4.0. Tidak hanya Jerman yang melakukan penelitian serius mengenai Revolusi Industri 4.0, namun Amerika Serikat juga menggerakkan Smart Manufacturing Leadership Coalition (SMLC), sebuah organisasi nirlaba yang terdiri dari produsen, pemasok, perusahaan teknologi, lembaga pemerintah, universitas dan laboratorium yang memiliki tujuan untuk memajukan cara berpikir di balik Revolusi Industri 4.0.
Saat ini kita berada di zaman dimana Revolusi Industri 4.0 baru saja dimulai. Lalu seperti apa sebenarnya Revolusi Industri 4.0? Revolusi Industri 4.0 menerapkan konsep automatisasi yang dilakukan oleh mesin tanpa memerlukan tenaga manusia dalam pengaplikasiannya. Dimana hal tersebut merupakan hal vital yang dibutuhkan oleh para pelaku industri demi efisiensi waktu, tenaga kerja, dan biaya. Penerapan Revolusi Industri 4.0 di pabrik-pabrik saat ini juga dikenal dengan istilah Smart Factory. Tidak hanya itu, saat ini pengambilan ataupun pertukaran data juga dapat dilakukan on time saat dibutuhkan, melalui jaringan internet. Sehingga proses produksi dan pembukuan yang berjalan di pabrik dapat termotorisasi oleh pihak yang berkepentingan kapan saja dan dimana saja selama terhubung dengan internet.
Bila kita melihat kembali Revolusi Industri 3.0 dimana merupakan titik awal dari era digital revolution, yang memadukan inovasi di bidang Elektronik dan Teknologi Informasi. Ada perdebatan apakah Revolusi Industri 4.0 cocok disebut sebagai sebuah revolusi industri atau hanya sebuah perluasan atau pengembangan dari Revolusi Industri 3.0. Namun nyatanya, perkembangan Revolusi Industri 3.0 ke Revolusi Industri  4.0 sangat signifikan, hal baru yang sebelumnya tidak pernah ada di era Revolusi Industri 3.0 mulai ditemukan. Para ahli meyakini era ini merupakan era dari Revolusi Industri 4.0, dikarenakan terdapat banyak inovasi baru di Industri 4.0.
Pertama, kemajuan yang paling terasa adalah internet. Semua komputer tersambung ke sebuah jaringan bersama. Komputer juga semakin kecil sehingga bisa menjadi sebesar kepalan tangan kita, makanya kita jadi punya smartphone. Bukan cuma kita tersambung ke jaringan raksasa, kita jadinya selalu tersambung ke jaringan raksasa tersebut. Inilah bagian pertama dari revolusi industri keempat: “Internet of Things” saat komputer-komputer yang ada di pabrik itu tersambung ke internet, saat setiap masalah yang ada di lini produksi bisa langsung diketahui saat itu juga oleh pemilik pabrik, di manapun si pemilik berada!
Kedua, kemajuan teknologi juga menciptakan 1001 sensor baru, dan 1001 cara untuk memanfaatkan informasi yang didapat dari sensor-sensor tersebut yang merekam segalanya selama 24 jam sehari.  Informasi ini bahkan menyangkut kinerja pegawai manusianya. Misalnya, kini perusahaan bisa melacak gerakan semua dan setiap pegawainya selama berada di dalam pabrik. Dari gerakan tersebut, bisa terlihat, misalnya, kalau pegawai-pegawai tersebut menghabiskan waktu terlalu banyak di satu bagian, sehingga bagian tersebut perlu diperbaiki. Masih ada 1001 informasi lainnya yang bisa didapat dari 1001 data yang berbeda, sehingga masih ada 1001-1001 cara meningkatkan produktivitas pabrik yang semula tak terpikirkan. Karena begitu banyaknya ragam maupun jumlah data baru ini, aspek ini sering disebut Big Data.
Ketiga, berhubungan dengan yang pertama dan kedua, adalah Cloud Computing. Perhitungan-perhitungan rumit tetap memerlukan komputer canggih yang besar, tapi karena sudah terhubung dengan internet, karena ada banyak data yang bisa dikirim melalui internet, semua perhitungan tersebut bisa dilakukan di tempat lain, bukannya di pabrik. Jadi, sebuah perusahaan yang punya 5 pabrik di 5 negara berbeda tinggal membeli sebuah superkomputer untuk mengolah data yang diperlukan secara bersamaan untuk kelima pabriknya. Tidak perlu lagi membeli 5 superkomputer untuk melakukannya secara terpisah.
Keempat, ini yang sebetulnya paling besar: Machine learning, yaitu mesin yang memiliki kemampuan untuk belajar, yang bisa sadar bahwa dirinya melakukan kesalahan sehingga melakukan koreksi yang tepat untuk memperbaiki hasil berikutnya. Ini bisa dilukiskan dengan cerita “AlphaZero AI”. Sebelum Machine Learning, sebuah komputer melakukan tugasnya dengan “Diperintahkan” atau “Diinstruksikan” oleh manusia. Untuk lebih detilnya, lo bisa baca artikel mengenai Artificial Intelligence.
Mengkombinasikan keempat hal ini artinya perhitungan yang rumit, luar biasa, dan tidak terpikirkan tentang hal apapun bisa dilakukan oleh superkomputer dengan kemampuan di luar batas kemampuan manusia. Kenyataannya tentu saja saat ini belum sekeren itu. Point keempat, yaitu AI dan Machine Learning, masih amat terbatas untuk tugas-tugas tertentu. Bukan cuma Indonesia, negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat saja masih terus menerus memperdebatkan konsekuensi dari revolusi industri keempat ini, sebab revolusi ini MASIH berlangsung, atau bahkan BARU DIMULAI. Tantangannya masih banyak. Koneksi internet misalnya, belum universal. Masih ada beberapa daerah yang tak memiliki koneksi internet, bahkan di Amerika Serikat sekalipun. Selain itu, koneksi internet berarti munculnya celah keamanan baru. Perusahaan saingan pasti berusaha mengintip kinerja dan rancangan produksi lewat celah keamanan komputer pengendali produksi yang kini bisa diakses dari internet.
2.3.   Efek dari Revolusi Industri 4.0

1.      Globalisasi
Perkembangan teknologi, baik di dalam maupun di luar pabrik, telah berdampak pada globalisasi industri manufaktur – proses di mana bisnis dan organisasi lain mengembangkan pengaruh internasional atau mulai beroperasi secara internasional.
Sejak revolusi industri pertama, industrialisasi telah berdampak pada bisnis internasional. Secara khusus, kemajuan dalam transportasi dan telekomunikasi memiliki dampak yang sangat besar.
Dengan meningkatnya perdagangan dan komunikasi, semakin banyak perusahaan memperluas jangkauan mereka di darat dan laut.
Bahkan, rantai suplai manufaktur modern berpusat di sekitar globalisasi. Setiap hari, barang-barang dipindahkan ke seluruh dunia pada jalur pelayaran, ekspedisi kargo dan melalui udara.
Kegiatan bisnis, termasuk outsourcing logistik, manajemen fasilitas, layanan profesional dan pemeliharaan, semua bisa menjadi proses internasional.

2.      Mengaburkan Batasan
Di awal Industri 4.0, perusahaan menggunakan rantai pasokan dan jaringan data yang lebih kompleks di seluruh dunia dalam operasi mereka. Konektivitas fisik sedang diganti dengan peningkatan jumlah tautan digital – banyak yang disimpan di cloud.
Kolaborasi internasional yang lebih besar lebih dimungkinkan daripada sebelumnya. Menggunakan perangkat lunak berbasis cloud, setiap anggota staf di lokasi geografis dapat berkontribusi untuk desain.
Fungsi ini semakin banyak ditawarkan dalam perangkat lunak CAD (Computer Aided Design), membuat desain proses yang lebih kolaboratif. Namun, globalisasi tidak hanya memperbaiki proses desain.
Bisnis bisa mendapatkan hasil maksimal dari talent pool mereka atau jaringan pemasok internasional menggunakan konektivitas digital, karena keahlian dapat ditawarkan dari jarak jauh dan secara real-time.
Di banyak perusahaan internasional, pemasok atau anggota staf bekerja dalam kelompok kecil untuk meningkatkan aliran ide, yang dapat menyebar lebih luas dengan menggunakan cloud.
Penyimpanan dan transfer data murah akan meningkatkan desentralisasi dan fleksibilitas untuk bisnis.
Beroperasi dengan cara ini dapat berarti perusahaan internasional masa depan tidak membutuhkan kehadiran fisik yang signifikan di seluruh dunia, tetapi dapat beroperasi hanya dari beberapa kelompok.
3.      Kompetisi internasional
Peningkatan konektivitas berarti perusahaan kini harus kompetitif dalam skala global dan tidak dapat mengandalkan lokasi fisik mereka untuk memenangkan bisnis. Ini berarti bahwa perusahaan harus fokus pada memenuhi tuntutan konsumen yang selalu berubah.
Menjaga produksi dan produksi yang fleksibel dan menggabungkan teknologi otomatis dapat mengurangi waktu produksi dan memungkinkan perusahaan untuk merespon lebih cepat, meningkatkan keunggulan kompetitif.
Logistik telah datang jauh sejak penerbangan pertama di seluruh saluran. Industri 4.0 telah merevolusi operasi bisnis baik di dalam maupun di luar pabrik, meningkatkan hubungan antara bisnis internasional dan mendorong proses globalisasi ke depan.

4.      Automatisasi
Tenaga kerja manusia akan tergantikan dengan adanya mesin dan robot yangdibekali kemampuan untuk memproses data berupa Artificial Intelligence. Masalah-masalah utama yang mungkin muncul akibat adanya revolusi industri 4.0 yaitu pengangguran dan kerusakan alam akibat exploitasi industri.

2.4.   Kendala Indonesia dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Di Indonesia sendiri ada beberapa hambatan yang mengakibatkan Revolusi Industri 4.0 ini sulit untuk diterapkan. Diantara masalah yang harus dihadapi Indonesia ialah sebagai berikut:
1.      Sumber Daya Manusia (SDM).
Meskipun Indonesia memiliki SDM yang sangat banyak, namun begitu jumlah orang-orang yang memiliki kualitas yang bagus masih sedikit. Sehingga meski terdapat lowongan perkerjaan, masih banyak masyarakat yang tidak dapat mendapat pekerjaan dikarenakan rendahnya kualitas mereka.
Selain dari kualitas SDM yang masih belum memupuni, masih banyak masyarakat di Indonesia yang kurang ahli dalam menggunakan teknologi. Sedangkan di Revolusi Industri 4.0 ini pekerjaan akan banyak digantikan oleh tenaga robot. Berdasarkan perkataan dari Prof Ir Dwikorita Karnawati Msc PHD, dalam waktu 5 tahun ke depan 35% pekerjaan yang diajarkan di perguruan tinggi akan hilang dan bahkan dalam 10 tahun ke depan pekerjaan yang akan hilang mencapai 75% dari yang diajarkan di perguruan tinggi.
2.      Bencana Alam
Bencana alam pun merupakan suatu masalah yang menyebabkan Revolusi Industri 4.0 masih sulit diterapkan di Indonesia. Adanya bancana alam mengakibatkan perkembangan di suatu daerah menjadi terhambat. Karena bencana-bencana alam merusak peralatan dan juga lingkungan yang ada. Sehingga pengembangan-pengenbangan teknologi harus terhenti karena harus membereskan bencana alam yang terjadi di sekitar sana.
3.      Kebijakan Pemerintah
salah satu yang mengakibatkan Revolusi Industri 4.0 ini menjadi sulit untuk diterapkan adalah karena kebijakan yang dibuat oleh pemerintah itu sendiri. Berdasarkan pendapat Airlangga Hartarto yang dikutip dari CNBCINDONESIA, masih ada peraturan dan kebijakan yang tumpang tindih, ditangani oleh beberapa kementrian.
Apa saja yang perlu dilakukan bangsa ini untuk menyikapi Revolusi Industri 4.0? Menyikapi Revolusi Industri 4.0 di Indonesia menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI), terdapat beberapa bidang yang harus dipersiapkan untuk menyongsong industri 4.0, diantaranya peningkatan otomatisasi, komunikasi machine-to-machine, komunikasi human-to-machine, AI, serta pengembangan teknologi berkelanjutan. Untuk melakukan implementasi, terdapat empat dasar faktor penggerak, yakni peningkatan volume data, daya komputasi, dan konektivitas.
Revolusi Industri 4.0 yang terjadi di Indonesia dapat membawa Indonesia menjadi negara yang lebih berkembang dan bersaing dengan negara lain. Di sisi lain, kemajuan industri ini tidak diiringi dengan tenaga kerja yang memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menerapkan teknologi yang semakin maju dan terus berubah. Perusahaan dituntut untuk terus menerus berinovasi untuk tetap dapat bertahan ditengah zaman revolusi industri yang secara mendasar terus berubah mengikuti pola hidup manusia. Tenaga kerja Indonesia juga perlu semakin diperlengkapi untuk memiliki skill operasional mesin dan pengetahuan dasar. Jika tidak, pengangguran di Indonesia akan semakin bertambah serta terdapat kemungkinan akan lebih banyak tenaga kerja asing yang dipakai oleh perusahaan atau seluruhnya dapat benar-benar dipegang oleh automisasi mesin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar